Belum juga bertanya, aku telah menemukan jawab atas pertanyaan tersebut. Gimana sih rasanya kangen sama seseorang yang jauhhhh di luar sana, yang nggak jelas statusnya, CINTA MATI #catet itu! BUT yang dikangenin nggak ngerasa sama sekali, hanya menganggap kita kawannya yang baik banget, punya pundak gratis yang siap dibagi kapan pun (24/7 kalee), dan siap jadi tong sampah tempat memuntahkan segala rupa uneg-uneg yang mungkin kita pun eneg dengernya lantaran re-play mulu #misuh-misuh. Risiko, dah!
Kali ini, yang namanya kangen yang membuncah, terjadi padaku. Aku yang biasanya bisa menguasai perasaan hatiku lama-lama dibikin nyesek juga. Pengin teriak tapi takut disangka orang gila. Pengen ngaku, ngaku sama siapa? Pengin bilang cinta? Kok sasaran tembaknya masih abu-abu gitu. Well, jadilah saya seorang yang galau memendam rindu. Oh, nikmatnya dunia!
Aku pun merasakan apa yang dirasakan sama tetangga, yang berdasar status Facebooknya, dia galau, kangen berat sama yayangnya (oops, ketahuan keponya) sampai sakit (nggak tahu juga sih sebenernya, sakitnya karena memendam rindu atau karena faktor lain hehehe). Tapi, paling nggak, aku bisa menyimpulkan: “Oh, begini, ya, rasanya ngampet kangen.” Yaa, begitulah, pada akhirnya, manusia yang satu ini mencapai batas kekuatannya menahan rindu. Untunglah, side effectnya nggak sampai segitunya. Karena aku bertemankan logika!