Aku memimpikan duduk di sebuah bangku taman yang penuh guguran daun berwarna orange semu merah. Mendiamkan tubuh ini tersirami lembar demi lembar daun berjatuhan tanpa kuminta dan kupilih yang mana. Remah-remah dedaunan teremas kuat jatuh menyisa di ujung kaki berselimut sepatu boot dari kulit lembu. Aroma kayu selepas hujan kuat menyeruak di antara. Hidup. Damai.
Bangku taman yang usang–mungkin berusia belasan tahun, puluhan tahun atau malah sepantaran denganku–diam di hadapan. Melajukan rayuan: siapkan kita bercumbu hari ini? Ah, siapa yang bakal menolak. Kau begitu menyenangkan. Begitu mengenyangkan. Berbagi kisah denganmu tanpa usah menafikan kerut di dahi atau menyetarakan diri. Beruntungnya aku.