Belum juga bertanya, aku telah menemukan jawab atas pertanyaan tersebut. Gimana sih rasanya kangen sama seseorang yang jauhhhh di luar sana, yang nggak jelas statusnya, CINTA MATI #catet itu! BUT yang dikangenin nggak ngerasa sama sekali, hanya menganggap kita kawannya yang baik banget, punya pundak gratis yang siap dibagi kapan pun (24/7 kalee), dan siap jadi tong sampah tempat memuntahkan segala rupa uneg-uneg yang mungkin kita pun eneg dengernya lantaran re-play mulu #misuh-misuh. Risiko, dah!
Kali ini, yang namanya kangen yang membuncah, terjadi padaku. Aku yang biasanya bisa menguasai perasaan hatiku lama-lama dibikin nyesek juga. Pengin teriak tapi takut disangka orang gila. Pengen ngaku, ngaku sama siapa? Pengin bilang cinta? Kok sasaran tembaknya masih abu-abu gitu. Well, jadilah saya seorang yang galau memendam rindu. Oh, nikmatnya dunia!
Aku pun merasakan apa yang dirasakan sama tetangga, yang berdasar status Facebooknya, dia galau, kangen berat sama yayangnya (oops, ketahuan keponya) sampai sakit (nggak tahu juga sih sebenernya, sakitnya karena memendam rindu atau karena faktor lain hehehe). Tapi, paling nggak, aku bisa menyimpulkan: “Oh, begini, ya, rasanya ngampet kangen.” Yaa, begitulah, pada akhirnya, manusia yang satu ini mencapai batas kekuatannya menahan rindu. Untunglah, side effectnya nggak sampai segitunya. Karena aku bertemankan logika!
Dan, malam ini, aku nggak mau pakai jurus andalanku lagi. Yang berkali-kali diterapkan. Aku ingin merasakan sakit tanpa pain killer. Kemudian self healing yang super duper alami. Terapi ala aku tentunya. Apa itu? Menuliskan surat cinta! Kelak, ketika sudah mewujud, akan kukirimkan padamu yang mengisi relung hati ini, yang telah menghidupiku hingga usiaku bakal menginjak kepala 3. Apakah kita berdua akan bersenyawa setelahnya? Hanya keajaibanlah yang ‘kan mengubah segalanya :)
Inilah surat cinta yang kumaksud.
Hey kamu, yang telah membuat kehidupanku berantakan 6 tahun ini, apa kabarmu di sana? Bahagia sekali kau telah berhasil meraih cita-citamu sedangkan aku masih kebingungan dengan kehidupanku yang ditelanjangi semesta. Bingung, lari ke sana ke mari tak tentu arah, untuk mengejar mimpi. Aku pun tak menahu bagaimana harus mengobral kata yang selama ini tidak pernah bisa terucap. Aku bisa mengatakannya kepadamu tapi lidahku kelu. Di hadapanmu, aku hanya bisa berdiri mematung, menatapmu tanpa berbuat lebih. Wajah yang dulu sering kucuri pandang. Apakah engkau menyadarinya? Entahlah. Waktu bergulir begitu cepat. Hal seremeh ini mungkin telah kau lupa tapi... tidak denganku. Setiap jengkal kenangan masih kuingat dengan baik. Sangat baik, malah. Karena aku mencintaimu.
Jika kau menganggap ini lelucon, kau salah besar! Aku serius, betul-betul serius menjalani sesuatu yang serba tidak pasti. Aku mengorbankan masa depanku untukmu sampai mungkin bakal dicap Miss Antilelaki. Aku nggak peduli, karena mereka nggak tahu aku tengah menanti seseorang. Partner berlayarku tepatnya. Setengah mati aku berusaha untuk tidak menyisihkan dirimu agar diisi sosok yang lain. Bagiku, engkau lelaki yang cukup sempurna. Namun, maaf, usiaku menuntun untuk mencintai seseorang dengan akal sehat, logika. Kau tahu kan apa artinya? Yap! Jika kau tidak bergerak cepat, aku pun akan pergi meninggalkanmu untuk melanjutkan hidup dan menjemput masa depan bersama seorang yang lain.
Aku bisa merasakan, semoga saja perasaanku tidak salah. Engkau memiliki rasa yang sama denganku. Tapi bodohnya, kita tidak pernah memiliki keberanian untuk memulainya. Satu hal yang mungkin menjadi pertanda hanyalah gesture kita saja. Saling memberi tahu bahwa cinta ada untuk satu dan yang lainnya. Hanya sebatas itu… sayang sekali!
Dan cinta pun mengeluarkan sifatnya yang unkonsisten. Kamu adalah tokoh yang mewujudkannya. Bagaimana tidak, rasa yang kuperjuangkan seringkali naik turun frekwensinya bahkan berubah menjadi berlawanan. Kadang kau perlihatkan sikap baikmu, kadang kau bersikap sebaliknya. Begitu menyebalkan. Sulit ditebak. Apakah kau mengharapkan aku yang terus maju! Omaigat, c’mon, man, jangan egois seperti itu. Kalau aku perhitungan, sungguh tidak adil di pihakku. Aku telah berkorban banyak untukmu… Gantian, dong!
Beberapa hari belakangan ini, kamu kembali di kehidupanku setelah lama menghilang. Lagi-lagi aku tak pernah tahu alasannya lantaran tidak pernah terjadi komunikasi. Aih, orang macam apa aku ini yang masih saja mempertahankan keadaan yang sangat tidak menyenangkan ini. Memang aku bodoh, memang aku nggak gampang move on :( Tapi semua ada alasannya. Kesetiaan? Lebih di atas semua itu!
Bagaimanapun juga, dengan kondisi ini, tidak akan pernah mengubah segala rasa yang ada untukmu. Baik buruknya dirimu, diriku, kita, apa yang telah kita perbuat hingga menjadi seperti saat ini, harus diterima. Aku menginginkan kebaikan ke depannya, bersamamu tentu saja. Dan aku berterima kasih kondisi ini telah menempaku menjadi perempuan yang tangguh. Tidak mudah menumpahkan air mata hanya untuk sebuah kerinduan yang tak pernah bisa ditebus. Serta masih bisa berpikir rasional.
Sebelum kita berjumpa lagi, biarkan aku memupuk diriku supaya kelak hadir dengan penuh kelayakan di matamu. Layak mencintaimu, layak kaupilih, dan layak mendampingimu selamanya. Tuhan memberkati. Selamat Paskah 2013.
SEND!
0 comments:
Posting Komentar