Senin, 03 Maret 2014

Lagi Liburan

“Apakah sepatu hitam itu masih dipakai?”

Tersentak aku mendengar seluncur lisan dari bibir tuamu. Jantungku terperenyak.

Sontak, batin koyak.

Tentu saja! 

Biarpun berselimut debu dan dihuni laba-laba beserta jejaringnya, sepatu itu hanya sementara berada tempatnya biasa berada. Ia tengah liburan panjang sebelum kuajak menempuh suatu perjalanan. Bagiku.


Tercenung memikirkan ucapanmu. Takpernah kukira kau akan berkata demikian terhadapku. Kauanggap aku telah mengakhiri perjuangan ini?

 

“Belum,” kukatakan padamu.
Aku masih ingin melanjutkan langkah, sekalipun di gelaran jalanan maha luas aku berkali terseok. Sekalipun lututku beradu dengan tanah bahkan terjebak lumpur pekat. Sekalipun menitik air mataku hingga menguap tiada berbekas dalam hening.

Aku tak peduli! Nyawaku masih ada. Nadiku teraba. Dan ragaku hangat dijumpa. Itu artinya aku masih berjuang untuk meraih segala yang kuimpikan!

Semua yang telah terjadi tetap tidak akan menyurutkan tekadku untuk meraih mimpi.
Usia sekadar angka belaka. Aku ingin bersinergi dengan alam agar capaianku sempurna dan diamini. Sekalipun bersebarangan dengan segala yang terpatri di dalam benakmu, aku ‘kan terus melangkahkan kedua kakiku.

Kuyakini jalanku. Kutamatkan hingga perhentian akhir. Bukan di persimpangan.


Yogyakarta, Maret 2014
Ratri

Sabtu, 01 Maret 2014

Untukmu, Lelaki yang Kuhormati

Kamu, lelaki yang kuhormati,
awal tahun yang indah untuk memulai rangkaian aksara ini, meski mendung dan hujan tengah berselera mewarnai hari. Apa kabarmu di sana? Semoga dikau tetap berada dalam lindungan sang pencipta sehingga kesehatan, kesuksesan, dan kelancaran dalam menempuh studi dapat kaumiliki seutuhnya.

Liburan Natal kemarin kamu pulang kampung ya? Tak sekadar tebak-tebak buah manggis, mudah saja bagiku untuk mengetahuinya. Eit, jangan pernah berpikir aku memiliki kekuatan klenik ya. Bukan. Adalah gelombang cinta yang menyampaikan kabar itu kepadaku.

Kau pasti bahagia telah bertemu dan berkumpul dengan keluargamu. Ayah, ibu, kakak, dan anggota keluarga lainnya. Merayakan Natal dan Tahun Baru bersama dalam suasana yang serbagembira. Di sini, di tempatku berada, aku bisa merasakan bahagiamu setelah lama tiada sua lantaran terpisah jarak yang teramat jauh. Ya, biarpun aku belum pernah menjadi manusia rantau, tetapi aku bisa mengambil sekelumit bagian dari sang perantau, yakni tak bisa bertemu muka saban hari dengan orang-orang terkasih, yang hanya ditemui ketika berada di rumah.

Semoga, kebersamaan kemarin mampu menjadi penyemangat bagimu untuk memberi kebaikan kepada seluruh keluargamu, terutama ayah dan ibu. Tanpa mereka bercerita kepadaku, aku tahu, sangat tahu, jika mereka bangga terhadapmu. Putra bungsu yang bermasadepan gemilang.

Masa depanmu telah kentara. Kesuksesan di depan mata. Manfaatkan waktu sebaik mungkin. Aku bangga kepadamu, sama seperti kedua orang tuamu. Kelak, ketika kita bertemu (aku tak tahu kapan), kita akan berdiri bersisian dengan senyum terkembang karena kita telah menjadi manusia yang tak sekadar gemar berceloteh tentang mimpi.

Hari ini kita menabur mimpi, esok hari kita menuai hasilnya. Mari kita amini.

Salam hormatku,
Ratri



Surat Sahabat

Sahabat,
  
kita sama-sama tahu bila persahabatan ini tak terjalin mulus adanya. Ketika satu demi satu dari kita menjauh perlahan, bukan lantaran pertikaian, melainkan demi asa yang kuat tergenggam di angan. Maklum pun menjadi jawabnya.

Jangan ditanya kesedihanku...


Aku tak bisa meminta kalian berhenti demi terus menemaniku di sini, bersama di tempat biasa kita bersua. Yang bisa kulakukan hanyalah… tetap berdiri tegak, memandang wajah-wajah muda itu berganti punggung. Hingga sampailah waktu menenggelamkan kalian dari hadapku.

 
Kukirim semangat, kubentangkan keyakinan, kukibarkan harapan bahwa esok hari kita masih bisa bertemu kembali. Bersama: tertawa riang, bercanda ceria, saling melempar gurau, pamer cita yang tlah berganti nyata dengan penuh rasa bangga menyeruak di antara.
 

Sahabatku sayang, sebentuk cinta kuterbangkan ke mana pun kalian berada. Kuharap, dalam ketidaksempurnaan diriku, kalian masih menyimpan sosokku di dasar laut hatimu, mengingat namaku di kedalaman pikirmu.
 
Tetaplah menjadi diri kalian masing-masing seutuhnya. Jangan pernah berpikir menjadi yang lain demi obsesi semu. Lantangkan mimpimu hingga langit lapis ke tujuh! Rengkuh erat! Nyatakan! Jangan pernah langkahmu terhenti barang sesaat.
 

Suatu hari nanti, kalian pasti akan kembali... 
Rentangan kedua tanganku dan pijar senyumku ‘kan menyambut kalian ‘pabila pulang…

Xoxo,
Ratri



 That's What Friends are for by Dionne Warwick
Video: Pinjam dari Sini