Kamis, 20 November 2025

14 November, 4 Tahun Silam



Putar balik peristiwa 4 tahun silam...
 
14 November 2021
 
Sekarang hari Minggu. Usai semalaman berada di dalam kereta api, duduk di kursi yang dapat sebutan "kursi jomblo", menikmati suara kereta yang seksi di telinga, aku tiba di Jakarta.
 
Adalah Stasiun Gambir yang kutapaki pertama kali sebagai perantau.
 
Perasaanku masih sama. Campur aduk. Tapi, hidup harus berubah. Aku sungguh-sungguh ingin mengubah nasib. Aku pengin punya penghasilan sendiri. Aku ingin mewujudkan cita-cita-citaku. Cita-cita yang bisa terwujud kalau aku punya duit. Tidak mungkin aku mengandalkan pemberian dari saudara.
 
Cintaku kepada Yogyakarta tidak akan pernah luntur. Aku sangat berterima kasih kepada Yogyakarta yang telah melahirkanku, merawatku, memberiku ruang tumbuh yang sederhana-alami-apa adanya sejak masa kanak-kanak hingga dewasa sekaligus menempaku lewat badai yang satu demi satu menerjang hidupku. 
 
Pemandangan yang kutemui di pagi, masih muka bantal sisa tidur-tidur ayam, adalah orang-orang bersepeda. Ada yang bersepeda sendirian, ada yang berkelompok. Tidak banyak ternyata yang mampu kurekam. Aku masih tidak percaya dengan perubahan hidupku mulai hari ini hingga hari-hari berikutnya.
 
Sahabat karib yang menjemputku mengajak mampir sarapan. Bubur ayam Cikini jadi tujuan kami. Bisa dikata aku bukan manusia yang wajib sarapan. Namun, sebagai sebentuk penyambutan, aku mengiyakan ajakan sahabatku. Mari kita ikuti tradisi sarapan orang Jakarta: bubur ayam.
 
Bubur Ayam Cikini sudah ramai. Suara manusia dengan beragam topik pembicaraan nyampur di udara. Kedengaran seperti dengung yang sulit ditangkap isinya. Di lantai 1, orang-orang berhari Minggu dengan olah raga dan sarapan bubur ayam (atau dibalik). Kami memilih makan di lantai 2. 

Ada tempat duduk di ujung ruang, sebelah jendela kaca. Cukup untuk berdua. Jendela kaca itu mengantar segenap pandangku ke arah beton layang sebagai jalur kereta api jarak jauh yang masuk ke atau keluar dari Stasiun Gambir maupun KRL Jabodetabek yang melintas jalur Stasiun Cikini dan Stasiun Gondangdia. 
 
Baru bertama kali mencicipi bubur ayam Cikini ditambah masih jet lag ditambah nggak terbiasa sarapan di jam sepagi itu, bikin aku kurang semangat melihat-lihat menu. Cari praktis, aku ikut pesanan sahabatku saja. Kami pun pesan bubur ayam varian dan porsi yang sama. 

Sebagai pelengkap, sahabatku menawari pesan martabak. Lagi-lagi aku ngikut aja, kali ini disertai syarat, martabaknya buat berdua, biar nggak kebanyakan. Aku nikmati sarapan perdana sebagai perantau hingga tandas meskipun aneka rasa menggayut di diriku.
 
Ibu kost menyambutku di halaman rumahnya. Dia bersama seorang gadis mungil (mungkin umurnya  sekitar 3 tahun) yang kukenali kemudian sebagai anak pertamanya. Ibu kost yang masih muda itu mempersilakan temanku mengantar sampai ke kamar yang berada di lantai 2. Kost-an terlihat baru, kamar tampak baru dan bersih, kost-an satu halaman dengan rumah pemilik kost-an, jumlah kamar hanya ada 4.
 
Barang bawaanku sudah masuk kamar semuanya. Bagasi belakang mobil sahabatku sudah kosong. Giliran sahabatku pamit. Sekejap, tinggal aku seorang diri di kamar. Bingung mau ngapain. Suasana kost-an sepi. Entah lagi ngapain tetanggaku. Aku merasa canggung. 
 
Nihil pengalaman nge-kost bikin aku tidak punya persiapan apapun. Masuk kost-an pun aku nggak bawa makanan dan minuman untuk nyetok di kamar. Betul-betul cuma bawa barang dari rumah. Beruntung, fasilitas kost-an tidak perlu membuatku tidur di lantai beralas ubin. 
 
Dengan harga sewa per bulan di atas sejuta, aku sudah dapat fasilitas yang menuruku lebih dari cukup untuk mengawali hidup baru di tanah rantau: tempat tidur single, kasur springbed lengkap dengan satu bantal, satu set sepreisarung bantal sebiji, selimut bedcover dengan motif senada, meja belajar, kursi, lemari pakaian single, AC, cermin seukuran badan serta Wifi. 
 
Di luar kamar, ada keset yang menurutku bagus kualitasnya. Terdapat pula gantungan pakaian yang terbuat dari besi dengan kualitas yang bagus. Kamar yang mungil, kamar mandi di luar, dapur bersama tetap menjadikan kost-an ini baik adanya di mataku. 
 
Ibu Kost menawariku menjemur pakaian di area rumahnya. Tawaran itu terpaksa tidak kugunakan. Aku nggak enak menjemur pakaian di rumah orang. Tidak terbiasa... 
 
Besok Senin, 15 November 2021, akan jadi hari pertamaku bekerja, nih! Apa yang akan terjadi? Oh iya, kamu, yang baca blog ini, cerita dong hari pertamamu bekerja. Dan, apakah sampai hari ini kamu masih bekerja di tempat pertama kali bekerja atau sudah pindah?[]
 

0 comments:

Posting Komentar