Kamis, 19 Juni 2025

Krisis Es Batu



Lazimnya berkunjung ke suatu daerah, jelajah kuliner khas pantang dilewatkan. Berada di Semarang, Juni 2025, aku ingin menikmati makanan yang masuk "comfort-food"ku. Jelajah kuliner pertama dilakukan usai mengikuti sebuah acara di Jumat malam. Kangen menikmati gudeg koyor, aku meluncur ke daerah bernama Peterongan. Ah, tiba di lokasi, ternyata gudeg koyor tutup. Ada spanduk bertulis "LIBUR" dipasang di emper lapak.

Haluan berubah ke warung bakmi godhog langganan. Dibilang langganan, karena aku telah berkali datang ke warung tersebut dan warung tersebut sejauh ini merupakan "final destination" setelah ngider ke beberapa lokasi bakmi godhog di seputaran Kota Semarang. Di Semarang, bakmi godhog gampang dicari setelah nasi goreng babad. Bakmi godhog ala Semarang punya cita rasa khas; sedikit berbeda dengan bakmi godhog di Yogyakarta. Cobalah...
 
Beruntung warung bakmi godhog masih buka. Masih ada pembeli yang ngiras (makan di tempat atau dine in 😁), meskipun tidak serame saat jam makan malam. Pun masih ada pengamen yang nyanyi lagu-lagu random. Seperti biasa, aku langsung pesan bakmi godhog-pedasnya cukupan-ekstra telur ceplok-minumnya es jeruk. Tak lupa aku ambil sate yang dihangatkan dengan tambahan kecap manis. 
 
Penjual yang khusus melayani orderan mengatakan kalau es batunya habis! Jadi kalau mau pesen es jeruk, minuman akan tersaji tanpa es batu. Duh! Kurang nikmat kalau cuma minum air jeruk. Orderanku berubah, es jeruk dicoret. Eh, tapi, kalau nggak minum seret juga. Ending-nya, tetap pesan minuman jeruk tanpa es. Kurang marem sebetulnya. Bisa jadi semesta mengirim pertanda bahwa aku akan kembali lagi menikmati bakmi godhog semarangan plus minuman jeruk yang benar-benar pakai es batu. 
 
Makanan kedua yang masuk list untuk dinikmati selama di Semarang ialah es kacang merah. Es kacang merah ini menu salah satu tenant di mal. Aku sudah membayangkan sedapnya semangkok es kacang merah. Kacang merahnya terasa empuk, manis es-nya pun pas. Pokoknya cocok di lidahku. Itulah sebabnya ketika berkesempatan kembali ke Semarang, aku ingin menikmati es kacang merah.
 
Keberuntungan rupanya belum berpihak kepadaku. Aku gagal menikmati es kacang merah. Apa sebab? Es batu-nya habis! Staf penjualan tidak bisa memastikan ketersediaan es batu di restoran untuk penjualan hari itu. Aku masih berharap, aku bisa menikmati es kacang merah sebelum balik Jakarta barang semangkok saja.
 
Sore, aku balik lagi ke restoran tersebut. Ternyata es batu-nya belum diantar juga. Fatal, sih, menurutku. Kok bisa kehabisan es dan nggak tahu bakal diantar kapan? Aku bertanya-tanya bagaimana inventory management restoran berjalan sehingga tidak terjadi kekosongan stok terlebih di akhir pekan? Apakah tidak dilakukan stock opname secara berkala? Sebagai konsumen yang berkali-kali jajan ke restoran tersebut saban ke Semarang, pengalaman kali itu cukup mengecewakan.
 
Kehabisan stok es batu lumrah terjadi di dalam bisnis makanan dan minuman. Perbedaannya, krisis es batu pada level warung kaki lima tampaknya lebih dimaklumi oleh konsumen dibanding krisis es batu di level restoran. Semacam dosa besar jika kehabisan es batu terjadi pada bisnis makanan dan minuman yang sudah bermerk, punya cabang di berbagai tempat, brand-nya sudah sangat dikenal khalayak, buka cabang di mal, dan punya tata kelola yang diyakini lebih baik ketimbang kaki lima. 

Apa yang terjadi di balik dapur restoran? Kenapa bisa terjadi kehabisan es batu dan staf tidak tahu kapan es batu akan diantar ke restoran dan tersedia untuk memenuhi pesanan konsumen? Berpegang pada data penjualan, pengelola restoran cabang mal seharusnya mampu mengantisipasi demand di akhir pekan dengan ketersediaan bahan makanan dan minuman yang ditawarkan di menu.
 
Es batu bukan menu utama, tapi kalau ada es-batu sebagai bagian dari menu restoran macam es jeruk atau es kacang merah maka stok es batu adalah item wajib jadi perhatian. Semoga krisis es batu jangan sampai terulang, di warung kaki lima maupun restoran.[]

0 comments:

Posting Komentar