Sabtu, 05 Desember 2020

[Majalah Rohani] Selamat Ulang Tahun

"Selamat Ulang Tahun" dimuat di rubrik Remah-remah Majalah Rohani Nomor 07 Tahun ke-67, Juli 2020. Latar belakangnya soal kegelisahan saya akan tuntutan mengucapkan selamat ulang tahun, mengingat hari ulang tahun saya-katakanlah demikian- padahal bukan kewajiban orang lain untuk mengingat dan mengucapkan selamat ulang tahun. Kalau orang lain ingat ulang tahun saya, ya, disyukuri, tapi kalau lupa sampai bulan berganti ya jangan sampai menjadi sandungan menjalin relasi.

Naskah dikirim melalui e-mail pada hari Rabu tanggal 3 Juni 2020, pukul 15:05. Jadi, kalau dimuat pada edisi Juli, masa tunggunya kira-kira sebulan. Penulis yang karyanya dimuat, akan mendapat nomor bukti dan tentu saja honor yang besarnya bisa buat jajan kopi kekinian.

Tertarik menulis di majalah bulanan yang berada di bawah kelola G.P. Sindhunata, SJ, A. Bagus Laksana, SJ beserta para Frater Kolese St. Ignatius Yogyakarta? Ketentuannya sebagai berikut.

1. Naskah sesuai rubrik yang tersedia.

Saran dari saya: ada baiknya teman-teman membeli Majalah Rohani edisi terbaru atau membaca beberapa edisi baru Majalah Rohani untuk mengetahui rubrik apa saja yang ada di Majalah Rohani, rubrik apa saja yang bisa ditulis oleh kontributor, tema bulanan, maupun gaya penulisan Majalah Rohani.

Redaksi Majalah Rohani menyajikan tema bulanan untuk satu tahun. Jadi, teman-teman bisa menyiapkan tulisan sesuai minat dan memperkirakan kapan mulai menulis dan kapan tulisan harus dikirim.

Sepengetahuan saya, Remah-remah merupakan ruang menulis yang tidak terikat tema. Contohnya tulisan saya itu yang dimuat ketika tema bulanannya Pedagogi Ignatian sehingga memuat tulisan-tulisan yang mengangkat isu pendidikan dari sudut pandang Ignatian. Meskipun tidak terikat tema, tulisan diupayakan tetap reflektif dan inspiratif.

2. Panjang karangan maksimal 11.000 karakter dengan spasi (3-4 halaman A4, spasi 1).

Perhatian: Bedakan "karakter" dengan "kata", ya. Jangan sampai salah. Teman-teman bisa cek jumlah karakter dan kata pada kotak word count.

3. Kirim ke rohanimajalah@gmail.com
 

4. Sertai dengan nama lengkap, alamat, nomor rekening.

Saran dari saya:

  • Tulis subjek e-mail dengan nama rubrik yang dituju, judul tulisan, nama penulis untuk memudahkan redaksi menyortir tulisan. Contoh:  Remah-remah_Selamat Ulang Tahun_Ratri 
  • Tulis alamat selengkap mungkin supaya nomor bukti tidak nyasar atau kembali ke pengirim. 
  • Jika teman-teman merasa alamat rumahnya bakal mempersulit tukang pos atau kurir, bisa titip dikirimkan ke alamat sekolah, kantor atau rumah teman kalian yang mudah dijangkau. Jangan lupa memberitahu pihak Majalah Rohani mengenai perbedaan alamat kirim, ya.


Selamat menulis!


Dokumentasi: Ratri Puspita



Dokumentasi: Ratri Puspita




Dokumentasi: Ratri Puspita

***

Selamat Ulang Tahun

Salah satu momen istimewa di dalam perjalanan hidup seorang manusia adalah ketika berulang tahun. Betapa istimewanya momen ulang tahun, karena melalui ulang tahun inilah manusia diajak untuk mengucapkan syukur mendalam atas rahmat usia baru, napas yang masih boleh dihela, dan kesempatan untuk melanjutkan karya. Rasa bahagia lantaran menerima rahmat usia baru dari Tuhan kian berlipat kala ucapan selamat ulang tahun disertai doa terbaik mengalir deras. Ucapan selamat ulang tahun dan doa terbaik yang datang bukan hanya dari anggota keluarga melainkan juga kawan-kawan, para sahabat, bahkan kenalan di media sosial. Mirip peristiwa Pentakosta, ucapan selamat ulang tahun dan doa-doa disampaikan dalam aneka bahasa: bahasa Indonesia, bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya.

Suatu hari, di pengujung Mei 2020, saya berulang tahun. Ketika membuka handphone, ternyata sudah ada notifikasi dari WhatsApp, Line, Facebook, e-mail, serta Instagram. Ucapan selamat ulang tahun terawal yang diterima datang dari adik kandung saya yang saat ini berdomisili di Jakarta. Ternyata, dia sudah mengirimkan ucapan itu sejak semalam. Berarti, ketika saya terlelap, ada seseorang yang bersedia meluangkan waktu, menunda jam tidurnya untuk mengirimkan ucapan selamat ulang tahun diikuti doa serta harapan untuk perjalanan hidup saya selanjutnya. Ucapan selamat ulang tahun dan doa-doa terbaik berikutnya saya terima di pagi hari dari anggota keluarga lainnya, sahabat, dan teman-teman. Perhatian mereka menjadi kado istimewa yang hanya bisa saya balas dengan ucapan terima kasih.

Ucapan selamat ulang tahun dan doa menjadi wujud yang kentara bahwa ada orang-orang yang peduli terhadap saya. Peduli karena mereka mau mengingat tanggal lahir saya, lalu meluangkan waktu untuk mengucapkan “selamat ulang tahun”. Padahal, mereka masih memiliki barisan pekerjaan yang antre minta diselesaikan ataupun hal-hal lain yang memenuhi pikiran. Menerima ucapan selamat ulang tahun dan doa dari mereka membawa saya pada kesadaran bahwa saya berharga, saya di-uwongke (dimanusiakan).

Akan tetapi, di antara sekian banyak manusia yang peduli, ada saja sosok-sosok yang lupa akan hari ulang tahun saya. Mereka tidak mengucapkan selamat ulang tahun dan mendoakan, padahal (tampaknya) tahu bahwa saya berulang tahun. Mungkin dari sekian banyak pembaca, ada yang pernah mengalami hal yang sama seperti saya? Ketika saya sendiri mengalami, terselip rasa kecewa di dalam hati. Padahal, ketika dia berulang tahun, saya sudah mengingat, mengucapkan selamat ulang tahun, dan tak lupa, memberikan doa yang terbaik untuknya. Jelas ada keinginan, dia melakukan hal serupa di tanggal kelahiran saya.

Ingin rasanya saya menagih sekadar ucapan “selamat ulang tahun” saja. Tidak perlu pemberian lain yang muluk-muluk. Namun, ketika hasrat menagih tumbuh, menggugat perlakuan orang lain yang dianggap tidak sepadan, sekian waktu kemudian saya diingatkan bahwa saya tidak bisa meminta seseorang untuk melakukan hal yang sama, seperti yang sudah pernah saya lakukan. Pun saya diingatkan bahwa perayaan syukur sesungguhnya bukan sarana menagih ucapan selamat ulang tahun atau tempat untuk melakukan presensi atas siapa saja yang sudah mengirim ucapan selamat ulang tahun.

Memang tidak seharusnya saya berpusat pada diri sendiri, mementingkan ke“saya”an belaka saat berulang tahun. Ada baiknya saya keluar dari kepentingan pribadi, lalu belajar memberi diri. Entah mendoakan saat saya berulang tahun atau tidak, orang-orang yang saya kenal patut didoakan kembali. Selain itu, anugerah hidup yang dirayakan dalam ulang tahun disyukuri dengan melahirkan karya-karya indah bagi sesama, semesta, dan kemuliaan Allah. Dengan demikian, ulang tahun menjadi suatu “continuing celebration”, perayaan yang terus berlanjut hingga orang lain dapat ikut menikmati rahmatnya. ***

Ratri Puspita 

Penulis, Volunteer


0 comments:

Posting Komentar