Sabtu, 16 Februari 2013

Mama, Ijinkan Aku Menjadi Tulang Rusuk Anakmu

Ungkapan hati seorang perempuan kepada calon ibu mertua di manapun ia berada.
Ma, ini aku, calon anak menantu yang mungkin kehadiranku telah kau tunggu
atau malah engkau berharap waktu jangan terlampau cepat mempertemukanku dengan putramu
Yang bakal mengganggu kemesraan kalian berdua
Saat deret kata ini kutulis, belum aku mengenalmu
Namun, entah mengapa aku merasa engkau bukanlah seorang yang asing
Dalam keyakinanku, engkau seorang ibu yang baik dan penuh kasih sayang
Tidak hanya bagi putramu juga bagiku kelak
“Mama”, begitu kuingin memanggilmu. Panggilan penuh kasih nan tulus yang akan terus meluncur ikhlas dari bibirku sejak pertama kita dipertemukan oleh waktu
Ingin kupeluk erat dirimu, ciumi tanganmu, kuucapkan salam
Ah, tidak sabar rasanya menanti datangnya saat itu
Rasa canggung, sungkan, berjarak pasti mewarnai hari-hari pertama kita bertemu
Kuharap segera hilang, berganti dengan kasih sayang dan kedekatan secara fisik dan emosional
Perlakukan aku bagai anak perempuanmu, ya, Ma…
Ma, mungkin aku bukan perempuan yang betul-betul kau harapkan
Fisikku tak sempurna, wajahku tidak cantik, hatiku tidak seputih melati, cara bicaraku tidak seperti putri keraton yang halus tutur kata dengan Bahasa Jawa Krama Inggilnya
Aku tidak bisa memasak. Juga tidak pandai. Pun tidak berpendidikan tinggi
Banyak sekali kekurangan pada diriku
Dalam sua, silakan putuskan layak tidaknya aku menjadi bagian dari keluarga besar Mama-Papa.     
Akan kupahami jika Mama sedikit atau banyak membuat kita berjarak bahkan gelengkan kepala
(Kau pasti telah miliki kriteria calon pendamping putra tercintamu)

Akan kubuktikan bahwa aku layak kau sebut anak, perempuan pilihan putramu
Laki-laki yang kau lahirkan, kau besarkan, kau didik hingga dia tumbuh menjadi sosok yang memiliki iman yang kuat, taat, lurus, berbakti, berbudi, pandai, sukses, dan bermasa depan gemilang
Dia yang telah kau antar menjadi pria dewasa yang kelak justru akan meninggalkanmu dan Papa untuk bersatu dengan istri dan anak-anak buah perkawinan mereka berdua
(Terima kasih telah melahirkannya ke dunia)
 Ma, kudengar kata orang, jika menantu dan mertua itu memiliki pandangan yang berbeda yang bisa berujung pada konflik
Aku sungguh tidak berharap demikian
Yakinlah, aku akan berusaha memahami Mama
Menyayangi Mama. Mencintai Mama karena Mama adalah ibuku juga
Ya, aku berharap bisa menjadi anak perempuan Mama yang baik dan bisa diandalkan
Bukan lagi menantu
Karna ku tak ingin berjarak darimu
Ma, tepis khawatir aku akan menjauhkan Mama dengan anak Mama
Sampai kapanpun, dia adalah anakmu
Mama boleh bertemu kapan pun dengannya
Jika anak Mama sibuk, izinkan aku menggantikannya ‘tuk sekedar bersapa dan bertukar cerita
Kalau Mama ingin curhat, telepon aku segera
dengan kecepatan cahaya aku akan datang
Dan mari merapat di tempat yang paling enak sedunia
Mudah-mudahan, aku bisa menjadi pendengar yang baik kemudian


Ma, aku sangat mencintai anakmu
Kami dipertemukan Tuhan di medio 2007
Tangannya tulus terulur hangat membuat kami saling berucap nama
(Tangan yang kelak bertaut di depan altar, berucap janji sehidup semati. Tangan yang akan saling tergenggam erat saat lelah dengan hidup. Tangan yang kucengkeram kuat ketika gelombang kontraksi datang. Tangan yang setiap pagi kucium sebagai tanda bakti, setia, dan cintaku kepadanya)

Jujur, ketika itu, aku terpesona melihatnya
Dia tampak berbeda di kedua bola mata ini
Seolah mataku menyimpulkan saat itu juga bahwa ia adalah laki-laki yang baik, bertanggung jawab, dan bisa diandalkan
Dan, hatiku pun tidak salah berkata. Keyakinanku menguatkan segalanya
Ma, ijinkan aku menjadi tulang rusuk putramu
Layangkan restumu kepada kami berdua
Doa dan restumu menjadi jalan menuju kebahagiaan yang abadi
Segala hormat kuhaturkan kepadamu. Aku sayang Mama

Sungkem kagem Mama,
Januari 2013 

0 comments:

Posting Komentar