Rabu, 30 Januari 2013

KISAH SEBUAH BANGKU TAMAN

Aku memimpikan duduk di sebuah bangku taman yang penuh guguran daun berwarna orange semu merah. Mendiamkan tubuh ini tersirami lembar demi lembar daun berjatuhan tanpa kuminta dan kupilih yang mana. Remah-remah dedaunan teremas kuat jatuh menyisa di ujung kaki berselimut sepatu boot dari kulit lembu. Aroma kayu selepas hujan kuat menyeruak di antara. Hidup. Damai.

Bangku taman yang usang–mungkin berusia belasan tahun, puluhan tahun atau malah sepantaran denganku–diam di hadapan. Melajukan rayuan: siapkan kita bercumbu hari ini? Ah, siapa yang bakal menolak. Kau begitu menyenangkan. Begitu mengenyangkan. Berbagi kisah denganmu tanpa usah menafikan kerut di dahi atau menyetarakan diri. Beruntungnya aku.
Bertumbuk pandang bangku taman berwajah pucat lagi sayu di batas sunyi. Tanpa jaket, selimut tebal, sepatu boot, mantel, payung, atau topi hangat. Empat musim begitu cergas berganti. Persis seperti ribuan bokong yang meninggalkannya lekas kemudian. Acuh. Mewariskan luka. Deret pohon berkayu menjulang memayung serta beri penghiburan atas nama cinta.
Kuhirup sejuknya udara. Segar sekali. Semesta menyediakan gratis untuk dinikmati kapan pun. Hiruplah sebanyak kau mau, begitu kata semesta padaku. Terima kasih, jawabku. Takingin kehilangan kesempatan, lekas-lekas kuhirup udara super sejuk yang mengaliri sekujur tubuh. Letupan angin lembut menghantam wajah. Kau ingin menciumku, ya? Jujur saja, ujarku melendetkan punggung yang mulai pegal.

Hari ini, kubawakan buku cerita yang kujanjikan di dalam tas gombal kumal pemberian seseorang. Kau tahu siapa. Karna pernah kusisipkan nama dalam cerita. Sebenarnya takmau mengungkit. Takut menjadi pengkhianatan. Tapi, aku pun tak tahu dengan siapa saja kau telah beradu. Sebelum aku datang. Pangkuanmu selalu terbuka bagi manusia yang menghampirimu. Sekalipun bukan aku yang ada di sana… (Januari, 2013)





2 komentar:

  1. good...lanjutkan menulis lagi ya...aku kan selalu ada utk membacanya...^^

    BalasHapus
  2. Terima kasih, ya, Mbak Anik. Sering-sering main ke rumah saya, ya :)

    BalasHapus