Ketika kau mencintai, janganlah menjauh dari logika. Kata hati tak selalu benar dalam berwicara, tak melulu tahu akan jalan hidup seseorang di masa depan. Dia bisa membawamu ke arah kebenaran, tetapi juga tak sungkan menjerumuskanmu ke dalam penderitaan yang akan kautanggung seumur hidupmu.
Hidup memanglah ibarat gading. Ia bisa retak menurut waktu yang dimau. Namun, jika kau tahu bagaimana merumatnya, bagaimana menjaganya agar tiada retak, maka hidupmu, kalau pun ada retak, tidak sampai retak itu melukaimu. Dia tidak akan melumatmu sampai kau tak sanggup 'tuk berdiri.
Gambar: Pinjam dari Sini |
Akankah kau siap dengan konsekuensi yang bakal ditanggung seorang diri? - Jawab!
Kamu, ingatlah hari ini, ingatlah akan apa yang telah kaualami. Dan dia yang berada di dalam ingatanmu, apakah pantas dia kaukenang? Apakah dia layak kaupertahankan? Apakah dia terus kaubela? Apakah dia pantas kautunggu? Bagaimana seandainya, di tempatnya kini berada, telah memilih hati yang lain? Bukan... bukan hatimu. Bukan kamu ternyata yang menjadikannya luluh dan bersedia melepas egonya demi menyambut cinta.
Bila engkau inginkan orang lain berpikir jernih, kaulah yang semestinya melakukannya di urutan pertama, lalu diulang dua kali, tiga kali, hingga beribu kali. Pertanyaan yang sama akan terus terngiang di telinga, selalu hadir di dalam hatimu hingga di tahun bertahun yang akan datang. Sebagai pengingat, agar jangan pernah kau tergelincir kepada hati yang salah.
Untuk satu hal yang sangat remeh saja dia tidak mau melakukannya, apalagi berkorban untukmu. Rugi kalau kau masih menginginkan hatinya!
Untuk satu hal yang sangat remeh saja dia tidak mau melakukannya, apalagi berkorban untukmu. Rugi kalau kau masih menginginkan hatinya!
Dunia itu indah, apalagi hidupmu. Hargailah. Kau pantas menerima segenap keindahan yang dianugerahkan Tuhan atas hidupmu. Jangan biarkan segalanya cemar oleh kesalahan yang awet terpelihara. :)
Camkan!
Yogyakarta | 2015 | 23:58
Video Pinjam dari Sini
hdwallpaperstv.com/surbhi-jyoti-images/
BalasHapus